Friday, October 28, 2005

Menyingkap Makna Lailatul Qodar

Oleh : Abdul Somad Batubara.


“Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Qur’an) pada malam kemuliaan. Dan Tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. Malam itu penuh kesejahteraan sampai terbit fajar”.
(QS. Al Qadr: 1-5).

Pengertian Lailat Al Qadar

Lailat Al Qadar merupakan gabungan dari dua kata, kata lailatu dan kata Al Qadar, kata lailatu berarti malam, sedangkan Al Qadar berarti kemuliaan. Dalam memberikan makna Lailat Al Qadar, terdapat beberapa pendapat ulama beserta argumentasinya.

Pertama: Lailat Al Qadar berarti malam kemuliaan dan keutamaan (Lailat Asy Syaraf wa Al Fadhl). Disebut dengan malam kemuliaan dan keutamaan, karena pada malam itu diturunkan kitab suci Al Qur’an. Firman Allah SWT: “Sesungguhnya Kami telah menurunkannya pada malam kemuliaan”. (QS. Al Qadar, 1).

Asy Sya’bi menafsirkan ayat di atas dengan, “Kami memulai proses penurunan Al Qur’an pada malam Lailatulqadar”. Al Qur’an diturunkan dalam bentuk satu edisi sempurna pada malam Lailat Al Qadar dari Lauh Al Mahfuzh ke langit dunia, kemudian setelah itu diturunkan Malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad SAW secara berangsur-angsur sesuai dengan berbagai peristiwa selama dua puluh tiga tahun.

Lafaz “Wa ma adraka” yang terdapat pada ayat kedua surat Al Qadar menunjukkan bahwa malam Al Qadar merupakan malam yang penuh berkah dan keagungan. sesuai dengan firman Allah SWT: “Ha Mim. Demi kitab (Al Qur’an) yang menjelaskan. Sesungguhnya Kami telah menurunkannya pada suatu malam yang diberkahi”. (QS. Ad-Dukhan: 1-3).
Dari 10 lafaz “Wa ma adraka” yang terdapat dalam Al Qur’an, semuanya menunjukkan hal-hal yang agung.

Kedua: Lailat Al Qadar berarti malam perencanaan dan penetapan (Lailatu At Tadbir wa At Taqdir). Disebut demikian karena pada malam itu ditetapkan segala rencana yang akan terjadi untuk satu tahun mendatang, seperti rezeki, untung baik dan buruk, hidup dan mati, turunnya hujan, bahkan seseorang yang akan berangkat haji pun dituliskan pada malam itu, semuanya dituliskan di Lauh al Mahfuzh. Ini sesuai dengan firman Allah SWT:“Pada malam itu dijelaskan segala urusan yang penuh hikmah”. (QS. Ad-Dukhan: 4). Kata “Kullu amrin hakim” (Segala urusan yang penuh hikmah) ditafsirkan dengan segala perkara yang berhubungan dengan kehidupan makhluk seperti hidup, mati, rezeki, untung baik dan untung buruk.

Ketiga: Lailat Al Qadar disebut juga dengan malam yang sempit, karena pada malam itu bumi dipenuhi oleh para malaikat. Sesuai dengan firman Allah SWT: “Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan”. (QS. Al Qadar: 5).

Makna 1000 Bulan

Terdapat beberapa pendapat ulama seputar makna ayat : “Malam kemuliaan itu lebih baik dari 1000 bulan”. (QS. Al Qadar: 2).

Pertama: makna 1000 bulan dipahami sesuai dengan teks, yaitu benar-benar 1000 bulan. Pendapat ini berdasarkan sebuah hadis yang menyebutkan bahwa suatu ketika Rasulullah SAW menyebutkan kisah empat orang Bani Israil –Ayyub, Zakariya, Hezkiel dan Yosua bin Nun- yang menyembah Allah SWT selama 80 tahun, tidak pernah sekedip matapun mereka berbuat maksiat kepada Allah SWT. Lantas para sahabat Rasulullah SAW merasa kagum dengan kisah tersebut. Kemudian Malaikat Jibril datang dan berkata, “Wahai Muhammad, ummatmu kagum dengan mereka yang menyembah Allah SWT selama 80 tahun, sedangkan Allah SWT telah menurunkan kepadamu sesuatu yang lebih baik dari itu”, kemudian Malaikat Jibril membaca surat Al Qadar dan berkata, “Ini lebih mengagumkan bagi engkau dan ummatmu”. Hal itu membuat Rasulullah SAW merasa bahagia.

Argumentasi lain yang mendukungi pendapat ini, pada umat-umat terdahulu, seseorang baru akan dikatakan sebagai seorang ‘Abid (ahli ibada) bila ia telah menyembah dan berbakti kepada Allah SWT selama 1000 tahun. Karena usia umat Nabi Muhammad SAW yang relatif singkat, maka Allah SWT memberikan keutamaan ibadah 1000 tahun tersebut.

Kedua: nilai 1000 adalah sebuah kiasan yang berarti banyak. Jumlah bilangan 1000 selalu digunakan bangsa Arab masa lalu untuk menunjukkan sesuatu yang banyak, seperti yang terdapat dalam ayat: “Salah seorang di antara mereka ingin agar usianya dipanjangkan hingga 1000 tahun”. (QS. Al Baqarah: 96).


Tanda-tanda Lailat Al Qadar

Terdapat beberapa hadis yang menjelaskan tanda-tanda Lailat Al Qadar, di antaranya yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan Al Baihaqi dari ‘Ubadah bin Ash-Shamit: “Di antara tanda Lailat Al Qadar, suatu malam yang cerah, bersih, tenang, tidak panas dan tidak pula dingin, seakan-akan terdapat bulan yang bersinar, tidak satu bintangpun terbit hingga subuh”.

Terdapat juga beberapa hadis seirama, disebutkan Imam Ibnu Katsir dalam Tafsirnya, walaupun hadis-hadis tersebut tidak sampai ke derajat hadis shahih: “Sesunggunya tanda Lailat Al Qadar adalah, suatu malam yang bersih, cerah, seakan-akan terdapat bulan purnama yang bersinar, malam yang tenang dan teduh, tidak dingin dan tidak pula panas, bintang-bintang tidak terbit muncul hingga subuh”.

Dalam hadis lain disebutkan: “Tanda Lailat Al Qadar, matahari terbit di pagi harinya dalam keadaan normal, tidak terdapat cahaya padanya, seperti bulan di malam purnama, syetan tidak diperkenankan keluar pada malam itu”.

Imam Ibnu Katsir memberikan komentar terhadap dua hadis di atas, meskipun keduanya hadis hasan ditinjau dari sanadnya, akan tetapi pada matan (teks)nya terhadap gharabah (keanehan) dan sebagian lafaznya terdapat nakarah (sesuatu yang diingkari).

Terdapat juga sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Abu Daud Ath-Thayalisi yang beliau riwayatkan dari Zam’ah dari Salamah bin Wahram dari ‘Ikrimah dari Ibnu ‘Abbas, Rasulullah SAW bersabda tentang Lailat Al Qadar: “Suatu malam yang teduh dan cerah, tidak panas dan tidak pula dingin, pada pagi harinya matahari terbit dengan cahaya lemah memerah”.

Waktu Terjadinya Lailatulqadar.

Dalam masalah ini terdapat beberapa pendapat ulama:

Pertama: Lailat Al Qadar terjadi pada malam-malam ganjil di bulan Ramadhan.

Kedua: Abdullah bin Az-Zubair berpendapat bahwa Lailat Al Qadar terjadi pada malam 17 Ramadhan, berdasarkan ayat: “…dan apa yang Kami turunkan kepada hamba Kami (Muhammad) di hari Furqan, yaitu di hari bertemunya dua pasukan”. (QS. Al Anfal: 41).

Al Furqan adalah pemisah antara yang hak dan yang batil. Hari jelasnya kemenangan orang-orang Islam dan kekalahan orang-orang kafir. Hari bertemunya dua pasukan besar di perang Badar pada hari Jumat tanggal 17 Ramadhan tahun ke II Hijrah.

Ketiga: Lailat Al Qadar jatuh pada malam-malam 10 terakhir Ramadhan, berdasarkan hadis: “Ziyad bercerita kepadaku dari Malik dari Hisyam bin ‘Urwah dari Abdullah bin Dinar dari Abdullah bin Umar, sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda: ‘Carilah Lailatulqadar pada malam-malam 10 terakhir Ramadhan”.

Keempat: Lailat Al Qadar terjadi pada malam 27 Ramadhan, berdasarkan beberapa hadis yang mengisyaratkan hal itu.

Demikianlah beberapa pendapat ulama seputar masalah waktu terjadinya Lailat Al Qadar, bila diteliti lebih rinci, semuanya berjumlah 13 pendapat sebagaimana yang disebutkan Imam Ibnu Al ‘Araby dalam Ahkam Al Qur’an.

Rahasinya Tersembunyinya Lailat Al Qadar.
Ibnu Mas’ud pernah ditanya tentang waktu terjadinya Lailat Al Qadar, beliau menjawab: “Siapa yang melaksanakan Qiyamullail selama setahun, maka ia pasti mendapatkan Lailatulqadar”. Inti dari jawaban Ibnu Mas’ud di atas agar manusia giat melaksanakan ibadah, khususnya Qiyamullail.

Di balik tersembunyinya sesuatu terdapat banyak hikmah yang amat besar. Allah SWT menyembunyikan ridha-nya, agar manusia lebih berusaha mencapai ketaatan. Allah SWT menyembunyikan murka-Nya, agar manusia berusaha menghindari segala larangan-Nya. Allah SWT menyembunyikan para wali-Nya, agar manusia memuliakan semua ulama. Allah SWT menyembunyikan terkabulnya doa, agar manusia terus berusaha mencapai doa yang mustajab. Allah SWT menyembunyikan nama-Nya yang teragung, agar manusia mengagungkan semua Asma’ Al Husna. Allah SWT menyembunyikan makna Shalat Wushtha, agar manusia menjaga waktu-waktu shalat. Allah SWT menyembunyikan diterimanya taubat, agar manusia terus berusaha menggapai taubat Nashuha. Disembunyikan waktu ajal tiba, agar manusia takut dan beramal shaleh. Maka demikian juga, disembunyikan Lailatulqadar, agar umat Islam berusaha mencarinya dengan menghidupkan malam-malam Ramadhan.

Ketika umat Islam berbondong-bondong melaksanakan ibadah dan Qiyamullail demi mencari sesuatu yang tidak dijelaskan Allah SWT waktu terjadinya, maka ketika itu Allah SWT membanggakan manusia di hadapan para malaikat, “Wahai para malaikat, dulu kamu mengatakan bahwa mereka akan berbuat kerusakan di muka bumi dan akan saling menumpahkan darah. Lihatlah kesungguhan mereka mencari sesuatu yang belum Aku jelaskan. Lantas bagaimanakah kesungguhan mereka andai Lailatulqadar itu Aku jelaskan waktu terjadinya?”.


Penutup

Jika ada tiga puluh kertas undian, satu di antaranya berisi tiket sepak bola piala dunia. Maka secara kasar para pembeli dapat digolongkan menjadi tiga kelompok: Pertama: kelompok pesimis, bagi mereka tidak ada gunanya membeli satu lembar kertas undianpun, karena tidak pasti pada lembaran mana tiket itu berada. Kedua: kelompok oportunis, mereka berusaha mencari di lembaran mana kira-kira tiket itu berada. Ketiga: kelompok optimis, mereka membeli ketigapuluh lembar undian, karena merasa yakin bahwa tiket piala dunia pasti terdapat dalam salah satu lembaran undian tersebut.

Di kelompok manakah kita berada? Jawaban tergantung pada sebesar apa keinginan kita untuk menyaksikan kesebelasan unggulan.
Wallahua'lam bisshawab\
Nomor 10/Edisi III/Th.I

Do'a

KETIKA MEMBERIKAN ZAKAT

ربنا تقبل منا انك انت السميع العليم

"Robbanaa taqabal minnaa 'innaka antas samii'ul 'aliim".

Wahai Tuhan kami terimalah zakat kami, sesungguhnya Engkau, Engkaulah dzat Yang Maha Mendengar dan Maha Mengetahui.

Friday, October 14, 2005

Kasih Sayang

Oleh : Asep Sutisna

Rasulullah SAW bersabda :
‏رب صائم ليس له من صيامه إلا الجوع ورب قائم ليس له من قيامه إلا السهر - أخرجه ابن ماجه

Banyak orang berpuasa yang tidak mendapatkan dari puasanya kecuali lapar dan dahaga saja; Dan banyak orang yang shalat malam tidak mendapatkan dari shalat malamnya kecuali capek dan ngantuk saja. (HR. Ibnu Majah)

Tidak seperti bulan-bulan lainnya, Ramadhan dikenal memiliki bagian-bagian waktu yang disebutkan dalam hadits Rasulullah bahwa pertamanya Rahmah, pertengahannya Maghfirah dan akhirnya pembebasan dari api neraka. Periodesasi seperti itu antara lain dimaksudkan untuk menarik perhatian kita terhadap keistimewaan hari-hari di bulan suci Ramadhan yang bukan sekedar 30 hari saja, melainkan 3 kali 10 hari sarana untuk mencapai derajat ketaqwaan.

Hari ini, Alhamdulillah, 10 hari pertama telah kita lewati. Hari-hari yang penuh rahmat telah berlalu. Tanpa kita sadari, kita telah bisa menahan diri dari makan, minum, berkumpul dengan istri dan hal-hal negatif lainnya selama 130 jam. Pada malam hari kita telah bersembahyang sekurang-kurangnya 110 rakaat Tarawih dan witir. Bagi yang menghabiskan satu hari satu juz membaca Al Quran, tentu hari ini sudah selesai sepuluh juz. Itulah rahmat Allah yang diturunkannya di sepuluh hari pertama Ramadhan.

Manusia adalah bagian dari penciptaan alam semesta. Jika suatu ketika Allah mengasihi langit dan bumi, maka ketika bulan puasa tiba, Allah mengasihi kita yang berpuasa. Begitu besar cintaNya kepada kita, di bulan suci ini Allah membuka pintu-pintu surga, menutup pintu-pintu neraka dan membelenggu setan yang suka menggoda niat baik kita. Dari Abu Hurairah RA: Adalah Rasulullah SAW memberi khabar gembira kepada para sahabatnya dengan bersabda, "Telah datang kepadamu bulan Ramadhan, bulan yang diberkahi. Allah mewajibkan kepadamu puasa didalamnya; pada bulan ini pintu-pintu surga dibuka, pintu-pintu neraka ditutup dan para setan diikat; juga terdapat pada bulan ini malam yang lebih baik daripada seribu bulan, barangsiapa tidak memperoleh kebaikannya maka dia tidak memperoleh apa-apa'." (HR. Ahmad dan An-Nasa'i)

Sebelas hari yang lalu, ketika kita sedang menunggu keputusan Kementrian Agama tentang penetapan dimulainya satu Ramadhan, yang terbayang oleh kita adalah beratnya kewajiban berpuasa sebulan penuh ditambah harus bangun dini hari untuk sahur, malamnya sembahyang tarawih dan lain sebagainya seolah Ramadhan ini sangat memberatkan. Dengan rahmat Allah, hari ini kita sudah merasakan segalanya menjadi mudah. Hati penuh dengan keindahan. Detak-detik diamnya kita terasa penuh pahala. Pada siang hari, hidup terasa lebih ringan. Ketika tiba waktu berbuka, kita seperti lupa bahwa kita telah berpuasa karena terasa begitu cepatnya. Allah telah memperpendek waktu dan mempercepat pahala. Itu semua untuk kita.

Setelah 10 hari itu berlalu, apakah hujan kasih sayang Allah itu akan berhenti? Sepertinya disela-sela manjaan kasih sayang Allah selama 10 hari itu, sebagai bahan evaluasi, kita juga harus sudah mempersiapkan sepuluh pertanyaan untuk kita atau paling tidak satu pertanyaan yang mendasar yaitu, sudahkah kita bisa mengamalkan kasih sayang kita kepada sesama sebagai pengejewantahan dari Rahmatan lil aalamiin (kasih sayang untuk semua alam)?. Mungkin jawabannya hanya akan keluar dari mereka-mereka yang telah mendapatkan rahmat (kasih sayang) Allah selama sepuluh hari ini. Walaupun sepuluh hari hujan kasih sayang sudah berhenti namun percikan-percikan air dari langkah orang yang telah mendapatkan kasih sayang itu akan penuh dengan kasih sayang kepada sesama.

Muhammad Husein Haekal menggarisbawahi bahwa selain untuk beribadah, orang puasa juga berkewajiban untuk memperkuat arti persaudaraan dan persamaan dihadapan Allah. Ini sungguh merupakan latihan rohani yang luar biasa. Semua orang, selama berpuasa sejak fajar hingga maghrib, telah melaksanakan persamaan diantara mereka sendiri. Dengan demikian, mereka merasakan adanya satu persamaan yang mengurangi rasa kelebihan mereka dalam mengecap kenikmatan rizki yang diberikan Allah kepadanya.

Karena itulah, melalui puasa, cinta kasih kita kepada sesama umat manusia akan lebih besar lagi. Akibatnya akan terjadi saling tolong menolong antara yang kuat dan yang lemah, yang kaya mengulurkan tangan kepada yang miskin baik dalam bentuk zakat, infaq maupun sedekah.

Akhirnya tentu kita tidak mau 10 hari puasa yang telah kita lewati hanya menjadi lelahnya saja, amalan ibadah kita hanya menjadi sia-sia saja. Bagi mereka yang merasa belum optimal selama 10 hari ini, perbanyaklah ber-istighfar memohon ampun kepada Allah, karena sepuluh hari pertengahan ke depan adalah hari-hari yang penuh dengan pengampunan Allah. Marilah kita berlomba-lomba dalam berbuat kebaikan dengan jalan yang baik. Semoga sifat maha pengasihnya Allah bisa tercermin dalam perbuatan kita yaitu dengan saling menebar kasih sayang kepada sesama. Wallahua'lam bisshawab…

Nomor 08/Edisi III/Th.I


Renungan

Rasulullah SAW bersabda kepada menantunya, Ali r.a." Wahai 'Ali, setiap sesuatu pasti ada penyakitnya. Penyakit bicara adalah bohong, penyakit ilmu adalah lupa, penyakit ibadah adalah riya', penyakit akhlaq mulia adalah kagum kepada diri sendiri, penyakit berani adalah menyerang, penyakit dermawan adalah mengungkap pemberian, penyakit tampan adalah sombong, penyakit bangsawan adalah membanggakan diri, penyakit malu adalah lemah, penyakit mulia adalah menyombongkan diri, penyakit kaya adalah kikir, penyakit royal adalah hidup mewah, dan penyakit agama adalah nafsu yang diperturutkan....

Ketika berwasiat kepada 'Ali bin Abi Thalib r.a. Rasulullah SAW bersabda : Wahai 'Ali, orang yang riya' itu punya tiga ciri, yaitu : rajin beribadah ketika dilihat orang, malas ketika sendirian dan ingin mendapat pujian dalam segala perkara.Wahai 'Ali, jika engkau dipuji orang, maka berdo'alah : "Ya Allah, jadikanlah diriku lebih baik daripada yang dikatakannya, ampunilah dosa-dosaku yang tersembunyi darinya, dan janganlah kata-2nya mengakibatkan siksaan bagiku..."
Ketika ditanya bagaimana cara mengobati hati yang sedang resah dan gundah gulana, Ibnu Mas'ud r.a berkata :
" Dengarkanlah bacaan Al-Qur'an atau datanglah ke majelis-majelis dzikir atau pergilah ke tempat yang sunyi untuk berkhalwat dengan Allah SWT.Jika belum terobati juga, maka mintalah kepada Allah SWT hati yang lain, karena sesungguhnya hati yang kamu pakai bukan lagi hatimu..."

Dari Abu Abdillah Nu’man bin Basyir radhiallahuanhu dia berkata: Saya mendengar Rasulullah s.a.w bersabda: Sesungguhnya yang halal itu jelas dan yang haram itu jelas. Diantara keduanya terdapat perkara-perkara yang syubhat (samar-samar) yang tidak diketahui oleh orang banyak. Maka siapa yang takut terhadap syubhat berarti dia telah menyelamatkan agama dan kehormatannya. Dan siapa yang terjerumus dalam perkara syubhat, maka akan terjerumus dalam perkara yang diharamkan. Sebagaimana penggembala yang menggembalakan hewan gembalaannya disekitar (ladang) yang dilarang untuk memasukinya, maka lambat laun dia akan memasukinya. Ketahuilah bahwa setiap raja memiliki larangan dan larangan Allah adalah apa yang Dia haramkan. Ketahuilah bahwa dalam diri ini terdapat segumpal daging, jika dia baik maka baiklah seluruh tubuh ini dan jika dia buruk, maka buruklah seluruh tubuh; ketahuilah bahwa dia adalah hati “.(Riwayat Bukhori dan Muslim)

Do'a

BILA BERBUKA DITEMPAT ORANG LAIN UCAPKANLAH:

افطر عندكم الصائمون، واكل طعامكم الابرار وصلت عليكم الملائكة


" Afthara 'indakumushshaa-imuun, wa akala tha'amakumul abraar, wa shallat 'alaikumul malaa-ikah".

Berbuka ditempatmu orang-orang yang berpuasa, dan orang-orang baik makan makananmu, dan malaikat memberi rahmat atasmu.
(H.R Ibnu Majah )

Friday, October 07, 2005

Bubur Harira

By: Med Hatta
Bulan suci Ramadhan di Maroko tepatnya ketika hendak berbuka Puasa rasanya kurang pas kalau tidak ada bubur harira, makanan khas Suku Berber yang terkenal sejak 60 tahun lalu itu kini telah menjadi hidangan wajib buka puasa untuk sebagian besar rakyat maroko.

Dan Buletin Sayyidul ayyam dengan edisi Spesial Ramadhan ini ingin rasanya mengurangi ketidak pasan itu dengan berbagi resep cepat saji Bubur Harirah kepada pembaca, semoga bermanfaat.

Bahan:
250gr Ayam / Daging ( iris kecil-kecil )
250gr Kacang Hummus ‘‘Outmeal’’(direndam terlebih dahulu)
3 buah Bawang Bombay ( diiris kecil-kecil)
5 buah Tomat (dikupas kulitnya dan diiris)
100gr Mie (makaroni/ Syairiyah)
100gr Rabie ’’ Seledri, kasbur -daun Jinten- ’’ (dipotong kecil-kecil)
5 sd Makan Tepung Terigu (diencerkan dengan sedikit air hangat)
1 butir telor (dikocok terlebih dahulu)
2.1/2 lt Air

Bumbu:
1 sd teh tepung Paprika
1/2 sd teh kunyit
1 sd makan pasta tomat
Garam dan penyedap rasa secukupnya

Cara memasak:
Rebus terlebih dahulu potongan Ayam/daging, kacang hummus, irisan bawang, irisan tomat dan Rabie, tunggu sampai empuk daging dan kacangnya, kemudian masukan mie syairiyah dan bumbu, aduk sampai merata, diamkan sejenak, kemudian masukan tepung terigu dan telor. Aduk terus sampai matang telornya. Harira siap dihidangkan.
Selamat Menikmati Hidangan Buka Puasa ala Maroko....