Thursday, March 29, 2007

Meneladani Insan Pilihan

Oleh :Husnul Amal Mas’ud

لَقَدْ مَنَّ اللَّهُ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ إِذْ بَعَثَ فِيهِمْ رَسُولاً مِنْ أَنْفُسِهِمْ يَتْلُو عَلَيْهِمْ آيَاتِهِ وَيُزَكِّيهِمْ وَيُعَلِّمُهُمُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَإِنْ كَانُوا مِنْ قَبْلُ لَفِي ضَلالٍ مُبِينٍ

“Sungguh Allah telah memberi karunia kepada orang-orang yang beriman ketika Allah mengutus di antara mereka seorang rasul dari golongan mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat Allah, membersihkan (jiwa) mereka, dan mengajarkan kepada mereka Al Kitab dan Al Hikmah. Dan sesungguhnya sebelum (kedatangan Nabi) itu, mereka adalah benar-benar dalam kesesatan yang nyata”. (QS. Alu Imran : 164)

Sebuah Kelahiran Yang Agung

Para penulis sirah (biografi) Nabi SAW pada umumnya sepakat bahwa Nabi Muhammad SAW lahir di Tahun Gajah 570 M. Hampir semua ahli hadits dan sejarawan sepakat bahwa Nabi SAW lahir di bulan Rabiul Awal, kendati mereka berbeda pendapat tentang tanggalnya. Dan dalam akidah Ahlussunnah dipercayai bahwa beliau lahir pada hari Senin 12 Rabiul Awal (2 Agustus 570 M)

Tanda-tanda yang mengiri saat kelahiran seseorang, seringkali menjadi bukti akan keagungan orang yang dilahirkannya. Para ahli sejarah mengabadikan dua peristiwa penting yang terjadi pada saat kelahiran Nabi SAW :

  1. Saat Muhammad lahir singgasana Raja Kisra sebagai raja terbesar saat itu digoncang oleh gempa dan sebagian bangunan istananya runtuh.
  2. Api besar yang konon telah menyala lebih dari 1000 tahun dan selalu disembah dan dijadikan tuhan oleh bangsa persia saat itu padam seketika.

Peristiwa besar pun terjadi di angkasa; langit bergoncang menyambut kelahirannya, setan-setan dilempari oleh panah api dan batu panas agar mereka tidak lagi dapat mencuri dengar wahyu yang diturunkan Allah dari atas langit sejak saat itu sebagaimana pernah terjadi pada masa sebelumnya. Fenomena kejadian di luar angkasa dalam menyambut kelahiran manusia agung ini disaksikan sendiri oleh para Jin yang diungkapkan dalam Alquran dan diabadikan oleh Allah SWT dalam firman-Nya:

وَأَنَّا لَمَسْنَا السَّمَاءَ فَوَجَدْنَاهَا مُلِئَتْ حَرَساً شَدِيداً وَشُهُباً، وَأَنَّا كُنَّا نَقْعُدُ مِنْهَا مَقَاعِدَ لِلسَّمْعِ فَمَنْ يَسْتَمِعِ الآنَ يَجِدْ لَهُ شِهَاباً رَصَداً

“Dan sesungguhnya kami telah mencoba mengetahui (rahasia) langit, maka kami mendapatinya penuh dengan penjaganyang kuat dan panah-panah api. Dan sesungguhnya kami dahulu dapat menduduki beberapa tempat di langit itu untuk mendengar-dengarkan (berita-beritanya). Tetapi sekarang barangsiapa yang mencoba mendengar-dengarkan (seperti itu) tentu akan menjumpai panah api yang mengintai untuk membakarnya” (QS. Al Jin: 8-9)

Dengan kelahiran Nabi yang mulia ini pula, pintu-pintu surga ditutup dan tidak akan masuk ke dalamnya kecuali orang-orang yang mengikuti petunjuk dan syariatnya.

والذي نفسي محمد بيده! لا يسمع بي أحد من هذه الأمة يهودي ولا نصراني ، ثم يموت ولم يؤمن بالذي أرسلت به ، إلا كان من أصحاب النار

“Demi Dzat yang jiwa Muhammad berada dalam kekuasaanNya, tidak ada seseorangpun yang beragama Yahudi dan Nasrani yang telah mendengar seruanku, lalu dia mati dan tidak beriman terhadap apa yang aku bawa, kecuali dia itu adalah termasuk dari penghuni neraka.”

Dimensi kehidupan Nabi SAW.

Nabi adalah manusia yang paling mulia akhlaknya. Kemuliaan Nabi tersirat dari seluruh dimensi perjalanan hidupnya. Sehingga bilamana Aisyah ra. ditanya seorang badui tentang akhlak Nabi SAW, beliau tidak dapat menggambarkannya, hanya jawaban kecil penuh makna yang diungkapkan Aisyah :

كان خلقه القرآن

“Akhlak Nabi adalah Al-Quran”.

Dimensi ibadah (Solat, Puasa dan Jihad).

Dalam sebuah hadis diriwayatkan bahwa kaki Nabi SAW sampai pecah karena begitu lamanya beliau berdiri dalam setiap solatnya. Beberapa riwayat menceritakan bahwa surat yang sering dibaca dalam solatnya ketika sendiri adalah Al-Baqarah An-Nisa dan Alu Imran. Dan apabila ditanya oleh sahabat bagaimana sampai Rasul menyakiti dirinya dengan solat yang panjang itu sampai kakinya pecah, beliau hanya menjawab :

أفلا أكون عبدا شكورا؟

Apakah aku tidak ingin menjadi hamba yang senantiasa bersyukur?”

Nabi juga seringkali melaksanakan puasa berhari-hari dan berturut-turut sehingga suatu saat sahabat menyaksikannya dan meminta untuk dapat mengikuti sunnahnya. Namun beliau menjawab dengan lembut dan bijaksana :

إني لست مثلكم، إني أبيت عند ربي يطعمني ويسقيني

“Sesungguhnya aku bukanlah seperti kalian. Sesungguhnya aku sedang singgah bersama Tuhanku yang senantiasa akan selalu memberiku makan dan minum.”

Beliau adalah panutan seorang pemimpin dan panglima perang. Selalu berada di barisan terdepan menghadapi kaum musyrikin dalam setiap pertempuran. Keberanian beliau dalam setiap peperangan digambarkan oleh sahabat Ali ra :

“Apabila kami telah dihampiri kecemasan ketika bertemu antara kaum (muslimin) dengan kaum (musyrikin), kami berlindung dibelakang Rasulullah SAW sehingga tidak ada seorangpun yang posisinya lebih dekat dengan musuh kecuali beliau.”

Dimensi Zuhud

Suatu hari Umar ra. Memasuki rumah Nabi dan ia tidak menemukan atau melihat ada sesuatu pun di dalam rumah Nabi kecuali tikar tempat tidur Nabi. Maka Umar Menangis sambil berkata : “Wahai Rasulullah, lihatlah Raja Kisra dan Caesar yang berlimpahan segala macam kenikmatan, sedangkan engkau lebih dari mereka, kau adalah utusan Allah, sementara kondisi kehidupanmu seperti ini adanya? Nabi menjawab : Apakah engkau ragu denganku wahai (Umar) Ibn Khattab? Apakah kau tidak ridho jika mereka mendapatkan apa yang ada di dunia sedangkan kita mendapatkan segala nikmat diakhirat?!.”

Dan Hasan Al-Basri menceritakan bagaimana kondisi di dalam rumah Nabi yang sangat sederhana:

“Aku memasuki kamar Nabi SAW. Dan seandainya aku ingin menyentuh atap rumahnya, aku pasti akan dapat menyentuhnya.”

Nabi pun seringkali berpuasa hanya karena tidak mendapatkan apa yang dia makan untuknya dan untuk keluarganya. Aisyah menceritakan kepada keponakannya Urwah bin Zubair perihal ini:

“Adalah Nabi telah melewati 3 hilal (2 bulan) dan beliau tidak mendapatkan dapurnya menyala (karena tidak ada makanan). Kemudian Urwah bertanya : Lalu apa yang kalian makan wahai bibiku? Aisyah menjawab : kurma dan air.

Nabi SAW. Pun tidak meninggalkan harta benda warisan untuk keluarganya ketika beliau wafat. Karena segala yang beliau punya diberikan untuk orang yang meminta dan membutuhkan. Dan hanya ungkapan mulia yang diucapkannya :

نحن معاشر الأنبياء لا نورث ما تركناه صدقة

“Kami para Nabi tidaklah mewariskan. Segala apa yang kami tinggalkan adalah sadaqah”

Dimensi Akhlak

Firman Allah adalah saksi dari betapa mulianya Akhlak Nabi SAW. Sehingga sahabat umar pun menangis tidak dapat melukiskan indahnya Akhlak Nabi yang dilukiskan Allah SWT dalam firmannya :

وإنك لعلى خلق عظيم

“Dan sesunguhnya kamu benar-benar berbudi perkerti yang agung” (QS. Al Qalam : 4)

Beliau adalah contoh dalam kedermawanan, selalu menutupi kebutuhan para fakir miskin dan selalu memberi tanpa pamrih. Sampai-sampai kedermawanan beliau disaksikan sendiri oleh musuh-musuhnya hingga musuh tersebut memeluk islam.

Adalah Safwan bin Umayyah, seorang pembesar Quraisy yang sangat benci kepada islam, menceritakan kisah kedermawanan Nabi saat dia menjadi tawanan dalam perang Hunain :

“Nabi senantiasa memberiku (makan&minum) sewaktu perang Hunain. Dan sungguh beliau adalah manusia yang paling ku benci saat itu, namun ia tetap memberiku hingga hatiku luluh dan akhirnya beliau menjadi manusia yang paling aku cintai.”

Kesabaran beliau pun menjadi teladan bagi umat islam. Sejarah mengisahkan, ketika beliau meminta perlindungan kepada kaum Thaif dan kemudian dilempari oleh bebatuan oleh penduduknya hingga berdarah, Jibril kemudian mendatanginya mendatangi Nabi dan berkata : Apakah kau ingin aku azab mereka dengan membalikkan seluruh isi kampung tersebut. Nabi malah menjawab tawaran Jibril tersebut dengan menengadahkan tangan sambil berdoa : "Semoga Allah SWT melahirkan dari keturunan mereka orang-orang yang akan beriman dan menyembah kepada-Nya".

Keagungan akhlak Nabi pun tersirat dari sikap tawadunya. Beliau selalu berpesan kepada umatnya agar jangan berlebihan dalam memujinya :

لا تطروني كما أطرت النصارى ابن مريم، إنما أنا عبد فقولوا عبد الله ورسوله

“Janganlah kalian memujiku sebagaimana kaum Nasrani memuji (Isa) Ibn Maryam. Aku hanyalah seorang hamba, maka cukup panggillah aku dengan Abdullah (hamba Allah) dan Rasul (utusan) Nya.”

Dimensi berkeluarga

Nabi Muhammad pernah membikin khawatir hati Aisyah ketika menjelang subuh Aisyah tidak mendapati suaminya disampingnya. Aisyah keluar membuka pintu rumah. Ia terkejut bukan kepalang melihat suaminya tidur di depan pintu. Aisyah berkata, "Mengapa engkau tidur di sini?" Nabi Muhammmad menjawab, "Aku pulang sudah larut malam, aku khawatir mengganggu tidurmu sehingga aku tidak mengetuk pintu. itulah sebabnya aku tidur di depan pintu."

Mari berkaca di diri kita masing-masing. Bagaimana perilaku kita terhadap isteri kita? Padahal Nabi selalu mengingatkan, "berhati-hatilah kamu terhadap isterimu, karena sungguh kamu akan ditanya di hari akhir tentangnya."

Puncak Suri Teladan

Bagaimanapun kita memuji dan menggambarkan kehidupan Nabi, rasanya tidak cukup segala kata-kata dan pujian untuk menyatakan betapa mulia dan tingginya pribadi dan akhlak Nabi SAW. Tulisan singkat ini pun rasanya hanya setetes gambaran dari lautan pribadi agung Nabi SAW. Sungguh seluruh dimensi kehidupan Nabi adalah panutan dan suri tauladan bagi kita sebagai umat islam.

لقد كان لكم في رسول الله أسوة حسنة

“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu” (QS. Al Ahzab : 21)

Semoga momen peringatan Kelahiran (Maulid) Nabi tahun ini dapat kita jadikan ajang untuk benar-benar meningkatkan cinta kita kepada Nabi SAW sebagai bukti keimanan kita kepada Nabi SAW.

لا يؤمن أحدكم حتى أكون أحب إليه من والده وولده

“Tidaklah termasuk orang beriman seorang di antara kamu sehingga aku menjadi orang yang lebih dicintainya daripada orangtuanya dan anaknya”

Friday, March 23, 2007

Meneladani Rasulullah s.a.w

Oleh: Nasrullah Djasam

Gemuruh sholawat di depan makam Rasulullah s.a.w. bersahutan yang dikumandangkan oleh para jamaah haji dari pelosok dunia, ada sholawat yang berdialek India, Pakistan, Turki dan tentu saja ada yang bedialek Melayu yang keluar dari mulut jamaah haji Indonesia, Malaysia, Thailand dan Negara Asia Tenggara lainnya. Ada yang melambai-lambaikan tangannya sambil mengucapkan salam kepada Rasulullah s.a.w, rasanya begitu dekat hati mereka dengan Rasulullah s.a.w seolah Rasulullah s.a.w ada dihadapan mereka untuk menyambut sambil tersenyum.

Kecintaan yang luar biasa terhadap sosok Rasulullah s.a.w membuat mereka tidak lagi memperdulikan betapa besar usaha dan tenaga yang mereka keluarkan untuk sekadar berdiri sesaat dihadapan makam beliau shallalahu alaihiwasalam, Segala kelatihan, kepayahan dan tempat yang terbatas seolah sirna. penjagaan ketat para askar makam Rasulullah s.a.w bukan penghalang untuk memberikan penghormatan kepada sang uswah hasanah (teladan baik), yang menyelamatkan ummat manusia dari jurang kehancuran, dan menjadi rahmat bagi seluruh alam. Seraya berkata assalamu alaika ya rasulullah, assalamu alaika ya habiballah.

Muhammad s.a.w bukanlah sosok yang asing dimata ummat Islam, Al qur'an secara jelas mengatakan bahwa beliau adalah suri tauladan bagi ummat manusia (لقد كان لكم في رسول لله أسوة حسنة), Al qur'an menjelaskan bahwa beliau adalah sosok yang berakhlak luhur (وإنك لعلى خلق عظيم ), seluruh nilai nilai yang ada dalam Al qur'an tercermin dalam prilaku beliau sehari hari (كان رسول اله صلى الله وسلم قرآنا يمشي على الأرض).

Beliau adalah sosok pemimpim yang sangat humanis, menghargai sesama, tegas, adil, berpihak kepada yang lemah, menegakkan supremasi hukum. Beliau bukan type pemimpin arogan yang menggunakan kekuasaannya dengan sewenang-wenang, beliau bukan pemimpin egois yang memikirkan kesejahteraan diri dan keluarganya sementara rakyat hidup penuh keprihatinan di tenda-tenda pengungsian dengan sarana yang jauh dari layak akibat bencana alam dan luapan lumpus panas LAPINDO. Tidak ada harta berbentuk materi yang beliau wariskan kepada keturunannya, bahkan sebagai seorang rasul beliau telah menegaskan :

نحن الأنبياء لا نورث ما تركنا

Kami para nabi tidak mewariskan apa yang kami tinggalkan

Yang beliau wariskan kepada keluarga, sahabat dan pengikutnya hanyalah nilai-nilai luhur yang bisa menyelamatkan ummat manusia di dunia dan di akhirat.

Tidak diragukan lagi bahwa membaca sholawat kepada Rasulullah s.a.w dengan penuh khidmat mengandung nilai ibadah yang sangat tinggi, banyak riwayat yang menyatakan betapa besar pahala bagi orang yang membaca sholawat kepada Rasulullah s.a.w. Akan tetapi sungguh sayang jika kecintaan kita kepada Rasulullah s.a.w hanya diekspresikan dengan membaca sholawat. Yang beliau inginkan tentu bukan hanya itu, beliau ingin agar kecintaan kita terhadapnya dibuktikan dengan meneladani akhlak beliau, dengan begitu kecintaan kita tidak hanya kecintaan kulit akan tetapi sudah menyentuh substansi dan itulah bentuk kecintaan yang hakiki.

Kita yakin jika seluruh jamaah haji Indonesia yang datang berziarah kemakam Rasulullah s.a.w. mengekspresikan cintanya kepada Rasulullah s.a.w dengan mengamalkan nilai-nilai luhur yang diwariskan beliau Sallalahualaihiwassalam. Pasti akan membawa perubahan yang signifikan ke arah yang lebih baik dalam kehidupan berbangsa dan bernegara mengingat jamaah haji Indonesia merupakan jamaah haji yang paling banyak jumlahnya setiap tahun. Bukankah setiap amal ibadah yang dilakukan seorang muslim bertujuan untuk memperbaiki diri, jika masing masing individu sudah baik akan terbentuk komunitas yang juga baik.

Madinah, 18 Desember 2007.

Al Qur'an Yang Dilafalkan Burung

Oleh: Asep Sutisna

Ketika alam semesta menjadi tanda kebesaran Allah s.w.t dan kisah umat terdahulu sebagai teladan tentu akan membawa kita kepada sebuah hakikat kebenaran baik yang telah dikabarkan al quran maupun yang telah disaksikan kehidupan manusia. Dan iman yang kuat adalah buah dari hidayah (petunjuk) dan hikmah dari apa yang kita pelajari.

Mendengar berita tentang seekor burung yang bisa belajar melafalkan dan menghafal beberapa ayat al quran mungkin sebagian dari kita sulit untuk mempercayainya apalagi dengan didasari oleh pemahaman bahwa burung dan hewan lainnya hanya mampu bersuara yang tidak bisa dipahami manusia, kalaulah kisah tentang percakapan Nabi Sulaiman a.s dengan burung hud hud itu tidak dikabarkan al quran.

Si makhluk bersayap yang istimewa diatas adalah seekor burung beo asal Pakistan yang dilatih pemiliknya dalam tempo sembilan bulan ternyata mampu melafalkan beberapa ayat al quran, basmalah dan shalawat. Ketika dia memulai bicara layaknya suara manusia dia mulai dengan bismillahirrahmanirrahim ( dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang) kemudian diikuti oleh surat al ikhlas dan surat al fatihah dan diakhiri dengan shalawat kepada Rasulullah s.a.w. seperti yang telah diberitakan TV al jazirah dan belakangan videonya sudah beredar di situs youtube.

Subhanallah, bagi saya itu adalah sebuah pencapaian yang sungguh luar biasa, suaranya yang khas dan alami sangat menggetarkan hati, dan jujur saja, kalau boleh saya gambarkan perasaan saya ketika pertama kali mendengar suaranya, saya merasa sedikit takut, ada penyesalan dan malu. Saya jadi ingat masa kecil yang nakal, setiap sore selalu dicari orang tua agar pergi ke surau untuk belajar al quran tapi saya selalu bersembunyi di bawah meja atau di bawah ranjang dan kadang dibalik pintu, kemudian saya malu karena dengan kemalasan itu saya menjadi termasuk orang yang lambat bisa membaca al quran, dan saya merasa takut itu akan waktu kosong saat ini yang saya habiskan begitu saja di depan layar computer, layar Hp dan layar TV akan menjauhkan saya dari al quran, naujubillahimindzalik.

Semoga kisah ini bisa kembali menyegarkan khususnya saya sendiri akan gairah membaca al quran dan pembaca bulletin umumnya untuk bersama-sama kembali kepada al quran dan jalan lurus yang dibawa al quran menuju tali agama Allah s.w.t. dan tidak ada kata terlambat untuk belajar membaca al quran dan bagi yang telah menguasainya mari kita hiasi dan perindah lidah kita dengan mengamalkannya, semoga kita semua termasuk orang yang diberikan syafaat (pertolongan) al quran oleh Allah ta’ala di akhirat kelak, amien ya rabbal alamin

Rabat, 23-3-2007. 07.28am

Thursday, March 15, 2007

Ratu Saba' : Kisah Dan Ibrah

Oleh : Iman Mursalin

(Burung Hudhud berkata kepada Nabi Sulaiman): Sesungguhnya aku menjumpai seorang wanita [Ratu Balqis] yang memerintah mereka, dan dia dianugerahi segala sesuatu serta mempunyai singgasana yang megah.

Banyak kisah yang bisa diambil sebagai pelajaran -‘ibrah- juga hikmah di setiap lembar halaman Al-Quran. Sebagian besar bercerita tentang kaum terdahulu yang ingkar terhadap penyembahan Allah sebagai Tuhan Yang Esa. Lalu bagaimana kaum itu dimusnahkan oleh adzab Allah setelah datang kepada mereka risalah keimanan yang dibawa oleh para Nabi dan Rasul.

Dan di antara sekian banyak kisah dalam Al-Quran, tersebutlah kisah Ratu Saba dan masyarakatnya yang hidup di zaman kenabian Nabi Sulaiman. Kisah ini agak unik mengingat kaum ini merupakan satu di antara segelintir kisah tentang orang-orang yang mau beriman kepada Allah dengan sepenuh hati. Dan lebih jauh lagi, banyak pelajaran penting yang bisa dipetik dari kisah ini.

Kerajaan Saba

Kerajaan Saba merupakan salah satu kerajaan kuno terbesar di daerah Yaman yang hadir pada jauh sebelum Masehi dan sebelum Islam disebarkan oleh Nabi Muhammad S.A.W. Ibu kotanya adalah Ma’rab, sebuah kota di dekat Sana’a. Saking besarnya kekuasaan kerajaan ini, para sejarawan menyimpulkan bahwa luas daerah wilayahnya lebih luas dari wilayah Yaman sekarang. Banyak ahli yang menyebutkan bahwa Habasyah yang sekarang dikenal dengan Etiopia dahulunya masuk ke dalam kawasan kekuasaan kerajaan Saba.

Yang menjadikan kerajaan ini masuk ke dalam catatan sejarah Al-Quran adalah adanya salah satu ratu yang memerintahnya. Walaupun Al-Quran tidak secara pasti menyebutkan siapa nama ratu tersebut, di kalangan sejarawan dan umat Islam pada umumnya dikenal sebuah nama: Balqis. Namun banyak di antara ahli tafsir yang mengatakan bahwa nama tersebut masuk ke kalangan umat Islam dengan media israiliyyaat, dongeng turun temurun orang Israel yang mereka akui bersumber dari kitab Taurat.

Ratu Saba’

Terlepas dari hal itu, Balqis menjadi orang ketujuh-belas yang memerintah kerajaan Saba’. Yang memerintah sebelumnya adalah ayahnya, raja Hadhad bin Syarhabil. Para sejarawan berasumsi bahwa Balqis menaiki tahta menggantikan ayahnya disebabkan tidak adanya anak putra yang dilahirkan untuk menggantikannya.

Dalam masa pemerintahannya sebagai kepala kerajaan, Balqis banyak menerima cobaan dan ujian berat. Semua itu kelak membuktikan kepiawaiannya sebagai ratu yang berhak dan berkompeten untuk memimpin kaum dan rakyatnya. Pada awal diangkatnya sebagai ratu, para ahli dan pembesar kaumnya meingingkari kepemimpinan seorang wanita. Belum lagi hasrat yang dipendam oleh raja-raja di sekitar Saba untuk menaklukkan dan menguasai kerajaan ini. Salah satunya adalah raja ‘Amr bin Abrahah yang dijuluki dengan Dzul Adz’ar.

Maka datanglah Dzul Adz’ar dengan segenap bala tentaranya untuk menaklukkan kerajaan Saba’ dan menawan ratunya. Namun berkat kelihaian dan pengawasan yang tajam yang dimiliki Balqis, dia berhasil lolos dan kabur dengan penyamaran dalam pakaian orang badui. Pada point ini para sejarawan berbeda pendapat mengenai lanjutan kisahnya. Namun mereka semua sepakat bahwa dengan kecerdikan, kematangan jiwa dan ketabahan yang terdapat dalam dirinya, Balqis akhirnya dapat merebut kembali kerajaannya.

Dzul Adz’ar tewas dengan gorokan pisau di lehernya. Dan semenjak itu Balqis memerintah kaumnya dengan penuh hikmah, adil dan bijaksana. Dalam kekuasaannya, Saba meraih kegemilangan. Salah satu capaian yang diukir oleh Balqis adalah direnovasinya bendungan yang terkenal sad Ma’rab. Nama kerajaan ini menjadi terkenal di kawasan Arabia dan sebagian Eropa. Dalam sejarah Yunani kuno disebutkan bahwa pada zamannya terjadi transaksi perdagangan di antara tajir-tajir Saba dan Yunani. Bahkan para pedagang Yunani yang telah mengunjungi kerajaan Saba menyebutkan bahwa masyarakat Saba merupakan masyarakat berperadaban paling maju di era itu.

Ratu Saba dan Nabi Sulaiman

Pada saat kerajaan Saba di bawah pemerintahan ratunya sedang berada dalam puncak kegelimangan, Nabi Sulaiman alaihissalam telah menjadi salah satu raja terkenal di antara bani Israil di kawasan Palestina (Syam). Sulaiman dikaruniai Allah kemampuan untuk berkomunikasi dan menaklukkan golongan hewan dan jin. Oleh karena itu tidak mengherankan jika dari skala bala tentara, jumlah yang dimiliki Sulaiman lebih besar daripada bala tentara Saba.

Kisah ini tersebut dalam firman Allah surat An-Naml ayat 20-44. Alkisah –dalam sebuah penafsiran- bahwa pada suatu kesempatan Nabi Sulaiman mengutus burung Hudhud untuk mencari sumber air tambahan. Lama tak jua kembali ternyata Hudhud sampai ke daerah Yaman dan menemukan sebuah kaum (rakyat Saba) yang diperintah oleh seorang ratu. Yang menarik perhatian Hudhud adalah ketika dilihatnya kaum ini musyrik dengan menyembah matahari seraya berkorban sesajen kepadanya.

Nabi Sulaiman naik pitam sebab keterlambatan ini dan berjanji akan menghukum Hudhud sesegeranya ia tiba, kecuali Hudhud terlambat dengan alasan yang masuk akal. Maka berkata Hudhud sebagaimana disebutkan dalam Al-Quran:
Maka tidak lama kemudian (datanglah hud-hud), lalu ia berkata: "Aku telah mengetahui sesuatu yang kamu belum mengetahuinya; dan kubawa kepadamu dari negeri Saba suatu berita penting yang diyakini” Q.S. An-Naml: 22

Nabi Sulaiman yang terkenal dengan kematangan akal dan hikmahnya tidak merespon kecuali dengan berkata: "Akan kita lihat, apa kamu benar, ataukah kamu termasuk orang-orang yang berdusta”. Lalu Nabi Sulaiman mengirimkan sebuah surat kepada Balqis ratu Saba yang berisi ajakan untuk hanya menyembah Allah S.W.T.

Isi surat Nabi Sulaiman ini tertera dalam Quran sebagai berikut: “Dari SuIaiman dan sesungguhnya dengan menyebut nama Allah yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Bahwa janganlah kamu sekalian berlaku sombong terhadapku dan datanglah kepadaku sebagai orang-orang yang berserah diri"

Balqis dan Musyawarah

Manakala ratu Balqis menerima dan membaca surat dari Sulaiman, segera ia kumpulkan para menteri dan para pembesar di antara kaumnya. Balqis meminta agar mereka memusyawarahkan perihal surat Sulaiman ini. Hal ini diabadikan oleh Al-Quran sebagaimana Balqis berkata: "Hai para pembesar berilah aku pertimbangan dalam urusanku (ini) aku tidak pernah memutuskan sesuatu persoalan sebelum kamu berada dalam majelis(ku)"

Saat itu kerajaan Saba telah terkenal di antara raja-raja lainnya sebagai salah satu kerajaan terkuat dengan bala tentaranya yang tangguh. Maka para menteri ketika membaca surat itu menganggap bahwa Sulaiman meremehkan mereka. Maka para menteri itu berkata: "Kita adalah orang-orang yang memiliki kekuatan dan (juga) memiliki keberanian yang sangat (dalam peperangan), dan keputusan berada ditanganmu. Maka pertimbangkanlah apa yang akan kamu perintahkan". Hal ini mengisyaratkan bahwa mereka lebih memilih perang daripada berserah diri kepada kekuasaan Sulaiman.

Namun ternyata Balqis memiliki pandangan yang lebih jauh ke depan, tatkala dia berkata bahwa raja-raja apabila memasuki suatu negeri niscaya mereka membinasakannya. Dan mereka menjadikan penduduknya yang mulia jadi hina, dan demikian pulalah yang akan mereka perbuat. Disini letak kepiawaian dan kecerdasan Balqis. Dia lebih menganjurkan untuk terlebih dahulu mengirimkan hadiah kepada Sulaiman, dengan harapan semoga Sulaiman bisa lunak hatinya bahkan berubah pikiran sama sekali. Para pembesar menyetujui usulan Balqis. Maka diutuslah beberapa pembesar untuk menghadap Sulaiman seraya membawa persembahan hadiah.

Sesampainya para utusan di depan Sulaiman, utusan Allah ini berkata: "Apakah patut kamu mengulurkan harta kepadaku? Maka apa yang diberikan Allah kepadaku lebih baik daripada apa yang diberikan-Nya kepadamu; tetapi kamu merasa bangga dengan hadiahmu. Kembalilah kepada mereka sungguh Kami akan mendatangi mereka dengan balatentara yang mereka tidak kuasa melawannya”

Maka tatkala Balqis mendengar jawaban yang disampaikan para utusannya, tahulah ia siapa dan betapa kuatnya Sulaiman dan bala tentaranya. Maka dikumpulkannyalah seluruh tentara dan pengawal pribadinya untuk menuju Syam demi menemui Sulaiman.

Sementara itu ketika Sulaiman mengetahui bahwa Balqis akan dating, beliau kumpulkan semua pembesarnya seraya meminta untuk mendatangkan singgasana Balqis ke Syam sebelum mereka datang. Alhasil, seorang pembesar yang memiliki pengetahuan mendalam akan Taurat menyanggupi untuk mendatangkannya sebelum Nabi Sulaiman berkedip. Setelah itu dimintanya agar singgasana itu dirubah sedemikian rupa agar Balqis tidak mengenalinya. Hal ini untuk menguji sejauh mana kecerdikan dan ketajaman Balqis sehingga ia memang patut untuk memerintah kaumnya.

Ketika Balqis dan tentaranya sampai dan telah duduk di singgasananya sendiri, Nabi Sulaiman bertanya: “Seperti inikah singgasanamu?” Maka Balqis menjawab: "Seakan-akan singgasana ini singgasanaku” Dan ini bukti lain dari kecerdikan Balqis, sebab ketika ia menjawab dengan pertanyaan itu sesungguhnya dia tidak yakin bahwa bagaimana mungkin singgasana dapat berpindah tempat dalam waktu yang begitu cepat. Namun dalam keraguan itu dia tidak memungkiri bahwa singgasana itu mirip dengan kepunyaannnya. Dan memang sesungguhnya singgasana adalah miliknya hanya telah dirubah atas perintah Sulaiman.

Pada saat yang sama Balqis segera teringat akan sebuah kenabian yang menyebutkan bahwa akan datang padanya seorang nabi Allah yang sanggup memindahkan singgasananya dalam sekejap mata. Pada saat itulah Balqis segera sadar bahwa dirinya dan kaumnya telah berlaku zalim dengan mempersekutukan Allah. Saat itu pula Balqis menyeru seluruh kaumnya untuk memeluk agama yang dibawa oleh Sulaiman.

Berkatalah Balqis: "Ya Tuhanku, Sesungguhnya aku telah berbuat zalim terhadap diriku dan aku berserah diri bersama Sulaiman kepada Allah, Tuhan semesta alam"

Pada akhirnya, kisah ratu Saba dan Nabi Sulaiman ini akan selalu abadi di dalam Al-Quran hingga ke akhir zaman. Hal ini tidak lain agar setiap ulil albab yang membacanya bisa mengambil ‘ibrah dan pelajaran-pelajaran berharga.

Friday, March 02, 2007

Angka Dan Hari Kiamat

Oleh: Med Hatta.
‎“Bilakah Hari Qiamat Itu?...” Kalimat sederhana ini tentu bukan sekedar sebuah ‎pertanyaan sambil lewat saja melainkan ungkapan Al-Qur'an pada ‎‎14 abad lalu yang menegaskan tentang eksistensi waktu‎.

Dalam sejarah peradaban manusia bahwa angka pertama yang dikenal manusia ‎dalam kehidupan adalah “waktu”. Seorang ilmuawan berkebangsaan Turki, ‎Harun Yahya, menegaskan bahwa "penemuan-penemuan ilmu pengetahuan ‎modern telah membuktikan bahwa waktu bukanlah kenyataan mutlak seperti ‎yang diyakini para materialis, melainkan hanya merupakan persepsi relative…"

Menarik untuk disimak bahwa fakta waktu yang ‘dijahili’ oleh sains hingga abad ‎kedua puluh satu ini diproklamirkan Al-Qur’an kepada manusia empat belas ‎abad yang lalu. Banyak sekali ayat dalam Al-Qur’an menegaskan mengenai ‎relativitas waktu ini‎.

Fakta ilmiah membuktikan bahwa waktu merupakan persepsi psikologis yang ‎bergantung pada peristiwa, latar, kondisi. Dan hal ini dapat disaksikan di banyak ‎tempat dalam Al-Qur’an, Misalnya seperti yang diilustrasikan oleh Allah SWT, ‎seluruh kehidupan seseorang sangat singkat, Allah berfirman:

Dan (ingatlah) akan hari (yang di waktu itu) Allah mengumpulkan mereka, (mereka merasa di hari itu) seakan-akan mereka tidak pernah berdiam (di dunia) kecuali hanya sesaat saja di siang hari (di waktu itu) mereka saling berkenalan. Sesungguhnya rugilah orang-orang yang mendustakan pertemuan mereka dengan Allah dan mereka tidak mendapat petunjuk”. (QS: 10/ 45).

Al-Qur’an juga menjelaskan dibeberapa ayat yang lain bahwa manusia melihat ‎waktu berbeda-beda satu sama lainnya. Dan terkadang manusia menganggap ‎waktu yang sangat singkat ini terasa lama. Dialog antara Tuhan dan hamba ‎di akhirat kelak sebagaimana diceritakan dalam ayat berikut menjadi cerminan ‎dalam kasus ini‎:

Allah bertanya: "Berapa tahunkah lamanya kamu tinggal di bumi? Mereka menjawab: Kami tinggal (di bumi) sehari atau setengah hari, maka tanyakanlah kepada orang-orang yang menghitung". Allah berfirman: "Kamu tidak tinggal (di bumi) melainkan sebentar saja, kalau kamu sesungguhnya mengetahui." (Q.S: 23/ 112-114).

Ayat-ayat ini dan masih banyak lagi ayat yang lain di dalam Al-Qur’an ‎merupakan ungkapan manifestasi yang real tentang relativitas waktu. Fakta ‎bahwa informasi yang baru saja disadari oleh ilmuwan abad kedua puluh satu ‎ini telah diinformasikan kepada manusia 1428 tahun yang lalu di dalam al-‎Qur'an, merupakan tanda bahwa wahyu ini adalah dari Allah, yang meliputi ‎keseluruhan waktu dan ruang. Dia-lah (Allah) Yang menciptakan waktu, dan ‎tidak dibatasi oleh waktu itu sendiri‎.

Ada indikasi, waktu yang sungguh menakjubkan ‎tersurat di dalam Al-Qur’an tentang hari kiamat; tanda-tandanya, dan bahkan ‎secara inplisit Al-Qur’an mengisyaratkan angka dengan digit tertentu kapan ‎datangnya kiamat‎.

Kalau Al-Qur’an pada 14 abad yang lalu telah mengumumkan kepada manusia ‎umur dunia telah berjalan selama 18.000.000.000 (delapan belas milyar) tahun ‎dan fakta ini telah dibenarkan pula oleh seorang ilmuawan Perancis, JC. Batler, ‎tahun 1982. (Lihat: Sayyidul Ayyaam Nomor 12/Edisi IV/Th. I)‎.

Dan, Subhanallah kalau tesis ini benar, Ternyata Al-Qur’an juga sejak jauh-jauh hari telah ‎mengumumkan kepada manusia akhir perjalanan bumi fana ini yang disebut ‎dengan hari kiamat. Dalam sebuah ayat Allah menceritatakan bahwa ‎sekelompok manusia bertanya tentang bila datangnya kiamat, lalu Allah ‎menjawab dalam Al-Qur’an pada surat Al Qiyamah:

Ia bertanya: "Bilakah hari kiamat itu?; Maka apabila mata terbelalak (ketakutan), dan apabila bulan telah hilang cahayanya, dan matahari dan bulan dikumpulkan...” (Q.S: 75/ 6-9).

Sepintas ayat ini hanya bercerita tentang tanda-tanda datangnya kiamat besar ‎saja, tetepi kalau dicermati secara mendalam bahwa ayat ke-9 dari surat Al ‎Qiyamah diatas menyingkapkan sebuah simbol ajaib yang paling rumit ‎disimpulkan oleh manusia selama ini‎.

Allah mengisyaratkan bahwa pada hari itu matahari dan bulan dikumpulkan jadi ‎satu, tetapi tidak dijelaskan secara detail dalam ayat tersebet bagaimana dua ‎gejala alam itu dikumpulkan, disatukan dan kapan waktunya?‎

Ternyata, simbol super rumit ini dijabarkan oleh Allah pada ‎ayat yang lain di dalam Al-Qur’an, surat Al Kahfi secara gamblang menjelaskan ‎sebagai berikut‎:

“..Dan mereka tinggal dalam gua mereka tiga ratus tahun dan ditambah sembilan tahun (lagi).”

Apakah rahasia dari kalimat tiga ratus tahun ditambah sembilan tahun? Kenapa Allah tidak menyebutkan langsung bahwa mereka berdiam di dalam gua selama 309 tahun? Ternyata dalam konteks Al Qur’an menyingkap rahasia dua penanggalan yang lumrah dipakai oleh umat manusia sekaligus yaitu Hijriyah dan Miladiyah (Baca: kalender islam dan kalender Masehi).

Jika dihitung dalam kalender Miladiyah, maka Asshabul Kahfi (penghuni gua) berdiam di dalam gua selama 300 tahun. Sementara kalau dihitung dalam kalender Hijriyah, maka mereka berdiam di sana selama 309 tahun. Penjelasannya adalah :

• 300 tahun Miladiyah = 300 x 365,2422 hari = 10.9572,66 hari
• 300 tahun Hijriyah = 300 x 354,36056 hari = 10.6310,11 hari

perbedaan jumlah hari keduanya adalah 3262,55 hari, maka jumlah tahun bagi keduanya adalah sebagai berikut:

@ 3262,55 : 354,36056 = 9,20669 tahun Hijriyah (9 Tahun)
@ 3262,55 : 365,2422 = 8,93256 tahun Miladiyah (88,9 atau 9 tahun).

Dengan kata lain tahun Hijriyah lebih maju 10 hari dibandingkan dengan tahun Miladiyah setiap tahunnya, lebih sederhana lagi bahwa sitiap 33 tahun Miladiyah sama dengan 34 tahun Hijriyah. Dan jika tahun Miladiyah dimajukan 330 tahun kedepan, maka tahun Hijriyah akan menjadi 340 tahun…

Aneh bin ajaib… Bahwa jikalau kedua calendar ini dimajukan secara parallel ‎kedepan, misalnya 2007 + 330 dst… dan 1428 + 340 dst… maka keduanya akan ketemu pada angka mistik yaitu "21114"‎.

Sungguh Maha Benar Allah dalam Firmannya: “dan matahari dan bulan dikumpulkan..”, bahwa kiamat akan datang ketika matahari dan bulan dikumpulkan jadi satu…

Kesimpulannya Bahwa kelak tahun 21114 Miladiyah akan berkumpul dengan ‎tahun 21114 Hijriyah (21114 M/ 21114 H)‎... "Selamat Menyambut Hari Kiamat"

Subhana Ka Ya Allah, kami tidak memiliki pengetahuan sedikitpun kecuali apa-apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami, sesungguhnya Engkau-lah Tuhan yang mengetahui yang ghaib, Kalau indikasi ini benar adanya, maka ini adalah dari Allah. Kalau salah, maka ini adalah dari syaithan dan dari diriku sebagai manusia yang serba kekurangan. Wallahu'alam bisshawab.