Thursday, May 29, 2008

DON’T CRY OVER SPILT MILK

Oleh: Yulima Ozeni Yusnita S.Ag


Jangan disesali apa yang telah terjadi itulah kira-kira arti ungkapan di atas. Apa yang telah terjadi tak perlu disesali karena sudah terlanjur terjadi, kita tak kan pernah bisa mengembalikan waktu yang telah berlalu. Kita takkan pernah bisa mengembalikan waktu muda kita, semuanya sudah berlalu hanya tinggal kenangan baik ataupun buruk. Karena salah satu sifat waktu menurut DR.Yusuf Qardhawi adalah bila sudah berlalu,tak kan pernah bisa kembali.

Betapa berharganya waktu! sampai Allah banyak bersumpah dengan waktu di dalam Al-Qur’an. Ini bisa kita lihat di dalam surat Al-Lail ayat 1-2, surat Adh-Dhuha ayat 1-2, surat Al-Fajr ayat 1-2, surat Asy-Syams ayat 1-2, surat Al-Ashr ayat 1 dan surat Al-Insyiqaq ayat 16. Waktu adalah nikmat Allah yang termahal yang diberikan kepada kita. Di dalam seluruh ritual Islam juga banyak berhubungan dengan waktu seperti sholat,puasa, zakat ataupun haji harus dilaksanakan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan oleh Allah.

Waktu, adalah kekayaan berharga yang diberikan Allah kepada kita. Bukankah pepatah Inggris mengatakan time is money, dan orang Arab mengatakan al-waktu kassaif in lam taqthaqhu qathaaka (Waktu itu seperti pedang, Jika anda tidak memakainya untuk memotong, dia akan memotong anda). Betapa banyak orang yang menyesali waktu muda mereka ketika sudah tua. Ada sebuah cerita tentang seorang bapak tua yang menangis ketika masuk mesjid, dia melihat beberapa anak muda di dalamnya. Ketika ditanya mengapa dia menangis,dia mengaku selama ini tidak terbiasa shalat di mesjid kecuali setelah berusia lanjut. Ketika dia melihat mereka yang masih muda, dia menyesali telah menyia-nyiakan umurnya. Syukurlah si bapak tua bukan hanya menyesali,tapi dia mau berbuat meskipun terlambat untuk mengejar ketinggalannya.

Hasan Al-Bashri, seorang tabiin setiap terjaga dari tidurnya di pagi hari, dia akan menyeru: “Hai manusia,aku adalah harimu yang baru yang menjadi saksi atas perbuatanmu. Pergunakanlah dengan baik dan jadikanlah bekalmu. Sebab bila aku telah pergi,aku tidak akan pernah kembali hingga hari kiamat.”

Betapa mulianya agama kita yang mengajarkan pemeluknya untuk menghargai waktu, sayang banyak sekali yang menyia-yiakannya. Mereka hanya menghabiskan waktu di kafe-kafe, atau menghabiskan waktu dengan percuma. Mari renungkan hadits Rasulullah Saw “Pada hari kiamat tidak seorangpun hamba yang diprkenankan meninggalkan posisinya kecuali setelah ditanya tentang lima perkara. Tentang penggunaan umurnya, masa mudanya, kekayaannya darimana ia peroleh dan untuk apa ia gunakan dan apa yang ia lakukan terhadap ilmunya.” (HR. At-Tirmidzi : 2416)

Kita lihat bagaimana generasi terdahulu begitu menghargai waktu. Banyak dari mereka yang berumur singkat, tapi diabadikan sejarah hingga ratusan tahun. Usamah bin Zaid memimpin pasukan muslimin ketika masih berusia 16 tahun. Muhammad Al-Fatih berusia 23 tahun sudah berhasil menaklukan konstantinopel yang mempunyai pertahanan yang sangat kuat. Kemudian Sa’d bin Mu’adz yang memeluk Islam diumur 30 tahun kemudian wafat di umur 37 tahun, dengan waktu 7 tahun begitu banyak sumbangsih yang diberikan untuk Islam, sampai ketika dia meninggal Rasulullah berkata ”Arsy bergetar sebab kematian Sa’d bin Mu’adz” (HR.Muslim:6295). Imam An-Nawawi,pengarang kitab “Riyad Ash-Shalihin” meninggal saat berusia 40 tahun dan belum sempat menikah sebab kesibukannya dengan ilmu. Dia telah mengarang 500 buah buku. Sedang Ibnu ‘Aqil telah menulis buku besar “Al-Funun” dengan jumlah 800 jilid, Ibnu Rajab telah menulis lebih dari 2.000 jilid buku, yang bila dibagi seluruh karyanya dengan usianya, ternyata Ibnu Rajab menulis 9 buah buku perharinya.

Lalu bagaimana dengan kita? Apakah kita sudah menyisihkan waktu kita untuk beramal sholeh dan memberikan sumbangsih untuk Islam? Saat ini kita sedang berlomba dengan waktu untuk mengumpulkan bekal dengan berbuat kebaikan. Simaklah hadits Rasulullah Saw : “ Bersegeralah melakukan aktivitas kebajikan sebelum dihadapkan pada tujuh rintangan. Akankah kalian menunggu kefakiran yang menyusahkan, kekayaan yang melupakan, penyakit yang menggerogoti, penuaan yang menidak mampukan, kematian yang niscaya, ataukah dajjal, kejahatan terburuk yang pasti datang atau bahkan kiamat yang amat dahsyat?”(HR.At-Tirmidzi)

Semua yang disebutkan Rasulullah dalam hadits di atas sudah pasti akan datang. Jangan sampai kita hanya menyesali, karena sesalan takkan berguna. Don’t cry over spilt milk! Karena setiap kita akan mempertanggung jawabkan apa yang telah kita perbuat di dunia.

demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman dan beramal sholeh dan nasehat-menasehati supaya menaati kebenaran dan nasehat-menasehati supaya menetapi kesabaran.” (QS. AL-Asr:1-3)

Wallahu’A’lam

Friday, May 16, 2008

NYAMAN

Oleh: Asep Sutisna

Ketika jamuan resepsi pernikahan Putri sulungnya, alm Raja Hassan II berbisik lirih di telinga menantunya "jangan kecewakan putriku, kalau tidak kamu yang kecewa", jawaban sang menantu malam itu hanya menganggukan kepala sebagai tanda persetujuannya, dan selanjutnya resepsi pernikahan putri Lala Maryam dan Fouad Filali berlangsung meriah dan berakhir bahagia sampai dikaruniai dua orang anak, Lala Soukaina dan Maulay Idris. Namun, di tahun 1999 tepat pada tahun meninggalnya sang ayah pernikahan antara keduanya pun berakhir. beragam spekulasi muncul waktu itu, semua media masa di Maroko menyoroti perceraian elit itu, dan yang paling mengesankan saya adalah ungkapan pendek Fouad Filali di majalah al Ayyaam "Pernikahan adalah kesepakatan rasa nyaman dua insan untuk terus bersama".

***

Tahun lalu, sebulan setelah tamat kuliah, salah seorang rekan saya menelpon, dengan semangat sekali ia mengabarkan berita kalau dia sudah diterima kerja di Departemen Pertahanan Maroko. Chimo -begitu biasa saya panggil dia- dengan senang hati menceritakan semua proses yang dilaluinya sampai ia diterima, dari mulai pendaftaran dan mengikuti tes tulis, tes lisan dan uji fisik sampai mengucurkan dana sebanyak 20 ribu dirham untuk memuluskan langkahnya, dan alhamdulilah ungkapnya dia sekarang sudah ditugaskan menjaga istana raja di kota ifrane dengan gaji yang cukup besar. Namun, sebulan yang lalu dia kembali menelpon saya, dengan lemas dia mengatakan kalau dia sudah berhenti, ketika saya tanya kenapa, dia hanya menjawab pendek, "istri saya tidak nyaman dengan pekerjaan saya".

***

Mungkin bila kita lihat selintas pengalaman di atas terkesan sedikit klise, dan terlalu sulit untuk mendapatkan kepastian sebab musababnya, hanya tidak bisa dipungkiri akan letak peran rasa nyamannya si tokoh adalah sebabnya. Meskipun sebenarnya kita sendiri sering terjebak dalam situasi dan kondisi yang tidak nyaman seperti itu, baik di rumah, di sekolah di pasar atau di kantor. Karena nyaman adalah sebuah kondisi dimana kita bisa beradaptasi dengan lingkungan kita dengan baik. Dan timbul dari diri kita sendiri setelah berinteraksi dengan lingkungan kita sampai membuat kita mampu bertahan lebih lama di dalamnya .

Bila dihubungkan kembali kepada kehidupan berkeluarga, maka kata sakinah-lah yang tepat untuk menggambarkan arti sebuah kenyamanan, karena istilah sakinah digunakan al Qur'an untuk menggambarkan kenyamanan keluarga. Kata sakinah diambil dari akar kata yang sama dengan kata sakanun yang berarti tempat tinggal, sekaligus merupakan tempat berlabuhnya setiap anggota keluarga dalam suasana nyaman dan tenang (mawadah wa rahmah).

Sehubungan dengan kata sakinah tersebut, beberapa ayat al Quran yang ditafsirkan mengandung kata nyaman, pertama surat al Baqarah ayat 248:

وَقَالَ لَهُمْ نَبِيُّهُمْ إِنَّ آَيَةَ مُلْكِهِ أَنْ يَأْتِيَكُمُ التَّابُوتُ فِيهِ سَكِينَةٌ مِنْ رَبِّكُمْ وَبَقِيَّةٌ مِمَّا تَرَكَ آَلُ مُوسَى وَآَلُ هَارُونَ تَحْمِلُهُ الْمَلَائِكَةُ إِنَّ فِي ذَلِكَ لَآَيَةً لَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِي

Dan Nabi mereka berkata kepada mereka, "sesungguhnya tanda kerajaannya ialah datangnya tabut kepadamu, yang di dalmnya terdapat ketenangan (sakinah) dari Tuhanmu dan sisa peninggalan dari keluarga Musa dan Harun, yang dibawa oleh malaikat, sungguh pada yang demikian itu terdapat tanda (kebesaran allah) bagimu, jika kamu orang yang beriman.

Tabut adalah peti tempat menyimpan Taurat, ayat tersebut menggambarkan di dalam peti tersebut terdapat ketenangan (sakinah) yang berarti tempat yang nyaman, tenang, aman dan kondusif untuk menyimpan sesuatu, termasuk dapat diartikan tempat tinggal yang tenang bagi manusia. Kedua dalam surat al Fath ayat 4 :

هُوَ الَّذِي أَنْزَلَ السَّكِينَة فِي قُلُوبِ الْمُؤْمِنِينَ لِيَزْدَادُوا إِيمَانًا مَعَ إِيمَانِهِمْ وَلِلَّهِ جُنُودُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَكَانَ اللَّهُ عَلِيمًا حكيما.

Dia-lah yang telah menurunkan ketenangan (sakinah) ke dalam hati orang-orang mukmin untuk menambah keimanan atas keimanan mereka (yang telah ada). Dan milik Allah-lah bala tentara langit dan bumi dan dialah Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.

Di sini, sakinah adalah rasa ketenangan yang sengaja Allah turunkan ke dalam hati orang-orang mukmin, ketenangan tersebut merupakan suasana psikologis yang melekat pada setiap orang yang mampu melakukannya, dan suasana batin yang hanya bisa diciptakan sendiri. Tidak ada jaminan buat seseorang yang mampu menciptakan suasana tenang bagi orang lain.

Untuk itu di mana pun kita berada, membangun sebuah kenyamanan tetap dimulai dari diri kita terlebih dahulu, yang nantinya kenyamanan bersama akan terasa dari beberapa individu yang telah mendapatkannya, sehingga terpancar suasana yang indah sekaligus membuat kita betah, baik di rumah atau di manapun kita berada. kebersamaan keluarga akan muncul menjadi nilai yang menjadi kekuatan penggerak dalam membangun tatanan yang lebih luas. Ketiga dalam surat ar Rum ayat 21:

وَمِنْ ءَايَاتِهِ أَنْ خَلَقَ لَكُمْ مِنْ أَنْفُسِكُمْ أَزْوَاجًا لِتَسْكُنُوا إِلَيْهَا وَجَعَلَ بَيْنَكُمْ مَوَدَّةً وَرَحْمَةً إِنَّ فِي ذَلِكَ لَآيَاتٍ لِقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ

“Dan di antara tanda-tanda kebesarannya-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, agar kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dia menjadikan di antaramu rasa kasih dan sayang. Sungguh pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang berfikir.” Ar Rum:21

Sebenarnya, Ayat ini bagian dari cerita tanda-tanda keagungan Allah SWT, dan kekuasaan-Nya. Dari mulai penciptaan langit dan bumi sampai diciptakan manusia berpasang-pasangan yang dengannya terjadi kesinambungan hidup yang membawa kita merasa tentram menjalaninya.

Kata litaskunuu ilaihaa, dalam ayat tersebut dapat diartikan agar kau berteduh -wahai para suami- kepada istrimu. Kata litaskunuu diambil dari kata sakana yaskunu yang artinya berdiam atau berteduh. Seperti di atas tadi kata sakana ini merupakan akar kata untuk sakinah (nyaman). Memang bisa saja kata sakana diartikan tenang dan nyaman, namun pengertian dalam ayat ini lebih dalam lagi dari sekedar nyaman.

Syaikh Ibn Asyur dalam tafsirnya At Tahrir wat Tanwiir mengartikan kata litaskunuu dengan tiga makna:

Pertama, lita’lafuu artinya agar kamu saling mengikat hati, seperti uangkapan ta’liiful quluub. Dalam surah Al Anfal: 63 Allah berfirman: wa allafa baina quluubihim (Dialah Allah yang telah mempersatukan hati di antara mereka). Dengan makna ini maka antara suami istri hendaknya benar-benar membangun ikatan hati yang kuat. Dan sekuat-kuat pengikat hati adalah iman. Maka semakin kuat iman seseorang, semakin kuat pula ikatan hatinya dalam rumah tangganya. Sebaliknya semakin lemah iman seseorang, bisa dipastikan bahwa rumah tangga tersebut akan rapuh dan mudah retak.

Kedua, Tamiiluu ilaihaa artinya kau condong kepadanya. Condong artinya pikiran, perasaan dan tanggung jawab tercurah kepadanya. Dengan makna ini maka suami istri bukan sekedar basa-basi untuk bersenang-senang sejenak. Melainkan benar-benar dibangun di atas tekad yang kuat untuk membangun masa depan rumah tangga yang bermanfaat. Karenanya harus ada kecondongan dari masing-masing suami istri. Tanpa kecondongan pasti akan terjadi keterpaksaan dan ketidak harmonisan.

Ketiga, Tathma’innuu biha artinya kau merasa tenang dengannya. Dalam surah Ar Ra’d:28 Allah berfirman: alaa bidzikrillahi tathma’innul quluub (Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram). Dari sini nampak bahwa untuk mencapai ketenangan dalam rumah tangga hanya dengan banyak berdzikir kepada Allah.

Tentunya memang hal yang paling menyenangkan dan memberi kenyamanan jika kita bisa sama-sama saling mengajak sesama untuk mengingat Allah. Dan tidak luput mengakhiri tulisan ini, saya pun ingin mengajak pembaca yang sudah berkeluarga untuk tidak lupa mambaca do’a yang diambil dari hadits ini agar nyaman bersenggama:

عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ الله عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: “لَوْ أَنَّ أَحَدَهُمْ إِذَا أَرَادَ أَنْ يَأْتِيَ أَهْلَهُ قَالَ بِاسْمِ اللَّهِ اللَّهُمَّ جَنِّبْنَا الشَّيْطَانَ وَجَنِّبْ الشَّيْطَانَ مَا رَزَقْتَنَا فَإِنَّهُ إِنْ يُقَدَّرْ بَيْنَهُمَا وَلَدٌ فِي ذَلِكَ لَمْ يَضُرَّهُ شَيْطَانٌ أَبَدًا

Dari Ibnu Abbas ra. berkata, Rasulullah saw bersabda, Kalau salah seorang hendak mendatangi istrinya- hendaknya ia berdoa,Dengan nama Allah, ya Allah, jauhkan syetan dari kami dan jauhkan syetan dari apa yang Engkau anugerahkan kepada kami.’ Karena jika ditakdirkan antara keduanya seorang anak, maka anak tersebut tidak akan dicelakakan oleh syetan selama-lamanya.”

Monday, May 12, 2008

WANITA CANTIK DAN SHOLEHAH


(Mengenang hari Kartini)
Oleh : Yulima Ozeni Yusnita S.Ag


“Dunia ini adalah perhiasan, dan sebaik-baik perhiasan adalah wanita sholehah.” (HR. Ibnu Majah)

Setiap tanggal 21 April di setiap daerah di Indonesia, di kantor-kantor ataupun sekolah-sekolah disibukkan dengan kegiatan-kegiatan perlombaan untuk memperingati hari Kartini, salah seorang pejuang nasional pembebas kaum wanita.Mulai dari anak-anak sampai perlombaan untuk orang dewasa. Peragaan busana kebaya lengkap dengan konde di kepala, sambil berlenggang-lenggok di atas pentas, mereka bergaya bak Kartini muda.Itu diantara perlombaan yang kerap diadakan. Kartini sebagai pahlawan yang memperjuangkan emansipasi wanita,memperjuangkan bagaimana wanita bisa bebas dari kebodohan, punya hak yang sama dalam pendidikan. Ini semua bisa dengan tuntas kita baca dalam kumpulan surat-surat Kartini kepada kawannya,yang kemudian dibukukan dengan judul “Habis Gelap terbitlah terang”.

Apapun yang dilakukan oleh Kartini,ia sebenarnya hanya sedikit meneruskan apa yang telah diperjuangkan oleh Nabi Muhammad Saw belasan abad yang silam. Wanita di masa sebelum Islam hanya menjadi budak pemuas nafsu, dijajah, dihina dan disamakan dengan syetan (karena telah ikut membujuk Adam untuk memakan buah khuldi sehingga mereka dikeluarkan dari syurga oleh Allah SWT). Wanita tidak mendapat haknya, malah disamakan dengan barang sehingga bisa diwariskan dan diperjual belikan. Di tanah Arab, sang ayah akan malu bila istrinya melahirkan anak perempuan, sehingga mereka akan tega mengubur anaknya hidup-hidup. Lalu ketika agama Islam datang yang dibawa oleh manusia pilihan Nabi Muhammad, kedudukan wanita diangkat dan dimuliakan.

Hal ini bisa kita kita lihat dalam beberapa haditsnya : “ Sesungguhnya Allah mengharamkan padamu durhaka kepada ibu dan mengubur hidup-hidup anak perempuan.” (HR Bukhari) “Seorang laki-laki datang kepada Rasulullah Saw sambil bertanya: Ya Rasulullah,siapa gerangan yang paling berhak aku pergauli dengan baik? Beliau menjawab: ibumu. Ia bertanya lagi, lalu siapa? Beliau menjawab: ibumu. Ia bertanya lagi, lalu siapa?Beliau menjawab: ibumu. Ia bertanya lagi lalu siapa? Beliau menjawab: bapakmu.” (HR.Bukhari dari Ab Hurairah) “Sesungguhnya syurga itu di bawah kedua kaki ibu.” (HR.An-Nasa’I dari Mu’awiyah bin Jahimah Al-Salami)
Kemudian di dalam Al-Qur’an, Allah membuat khusus dalam salah satu surah-Nya yaitu surat An-Nisa’, yang memuat diantaranya tentang pembagian warisan yang menjadi hak wanita.

Lihatlah! Betapa agungnya Islam yang memuliakan wanita, saudara kandung laki-laki. Wanita diberikan hak dan kewajiban yang sama dengan laki-laki dalam beribadah kepada Allah dan beramal sholeh, sehingga dijanjikan pahala yang sama-sama dengan laki-laki yang juga bertakwa dan beramal sholeh. “Siapa yang melakukan perbuatan yang baik, dari laki-laki dan wanita, dan dia itu beriman, niscaya Kami akan memberinya kehidupan yang baik, dan akan Kami balas mereka dengan pahala yang baik sebaik apa yang pernah mereka lakukan.” (QS.An-Nahl:97)

Wanita di masa Rasulullah juga ikut dalam majelis ilmu yang diadakan oleh Rasulullah. Mereka tidak segan-segan juga bertanya tentang permasalahan agama yang tidak mereka pahami. Begitulah posisi wanita yang telah diangkat dan dimuliakan oleh Islam. Apapun posisi dan kedudukan seorang wanita dalam pekerjaannya jangan sampai membuat fitrah kewanitaannya berkurang. Emansipasi yang digaungkan oleh yang bukan Islam, banyak membuat wanita kehilangan fitrah dan jati dirinya. Karena bagaimanapun seorang wanita sebagai seorang hamba Allah, dia punya hak dan kewajiban kepada Allah. Wanita juga ketika sebagai seorang istri, walaupun ketika dia bekerja, gaji atau posisinya lebih tinggi dari suaminya,tidaklah membuat wanita berubah menjadi pemimpin dalam rumah tangganya. Dia tetap harus memenuhi hak dan kewajiban sebagai seorang istri. Karena bagaimanapun kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan kaum laki-laki terhadap kaum wanita (baca selengkapnya di QS.An-Nisa’ ayat 34). Wanita dengan segala kelebihan dan kekurangannya juga adalah seorang ibu bagi anak-anaknya.

Wanita adalah perhiasan dunia, yang indah, menyilaukan dan melenakan siapapun yang melihatnya. Siapapun ingin menjadi wanita cantik yang mempesona. Sehingga banyak yang merubah penampilan aslinya. Yang kulit hitam berusaha memutihkan kulitnya dengan kosmetik pemutih, yang pesek ingin mancung, yang gemuk melangsingkan tubuhnya dan sebagainya. Karena dalam dunia iklan digambarkan yang cantik itu hanya yang berkulit putih, rambut digerai,tubuh semampai dan sebagainya. Lalu bagaimana dengan wanita yang diberi Allah kulit yang hitam atau yang gemuk atau yang wajahnya biasa-biasa saja? tak pantaskah ia diperhatikan? Tentulah tidak! Karena kecantikan bukan hanya yang terpancar secara lahir saja, kecantikan yang sebenarnya apa yang terpancar dari dalam batin seorang wanita.

Lalu bagaimana caranya agar seorang wanita bisa cantik batinnya? Yang pertama : Harus mempunyai keimanan yang tinggi kepada Allah. Berusaha untuk selalu mentaati perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Wanita yang senantiasa mencuci mukanya dengan air wudhu’ dan selalu memakai pakaian taqwa. Kedua : Mempunyai sifat sabar, penyayang dan mempunyai sifat malu Ketiga : Mempunyai kecerdasan bukan hanya IQ tapi juga kecerdasan Spritual dan kecerdasan Emosional. Yang Keempat: Wanita yang selalu menjaga kehormatan dirinya.

Memperingati hari Kartini tidaklah salah, namun jangan sampai setiap tahun kita hanya memperingati tanpa kesan untuk meneladani semangat Kartini. Menjadi wanita yang cantik lahir batin juga sholehah harus menjadi cita-cita setiap wanita. Karena wanita adalah tiang Negara, bila baik wanitanya maka baiklah bangsa dan negaranya.


Wallahu’a’lam

Maroko, Musim semi 2008